Rabu, 05 Oktober 2011

Empat Langkah Penting untuk Sukses dalam Penyampaian Pidato

-->
1)      Koordinasi Otak dan Suara
Koordinasi otak dan suara merupakan hasil pelatihan pikiran, penggunaan suara Anda secara benar mungkin telah Anda kuasai untuk tujuan-tujuan normal, sikap yang bagus dan ketiadaan mannerism akan timbul dengan meningkatnya penguasaan dan pengalaman, dan kosa kata yang cukup merupakan permasalahan pendidikan.
Pidato yang alami memerlukan perasaan, pengarahan control suara melalui nalar, Anda akan tahu bahwa gambaran apapun yang terjadi dalam pikiran akan direproduksi oleh suara, dan kemudian dipancarkan ke benak para pendengarnya. Semakin jelas gambarannya, semakin dalam emosinya, semakin jelas pula pancarannya, dan semakin akurat Anda menggetarkan nada suara Anda.
Emosi dalam pikiran mengendalikan lekuk-lekuk nada bicara Anda. Factor pengendali lainnya yang memengaruhi suara Anda adalah konsepsi Anda terhadap audiens Anda. Gambaran yang ada di benak Anda tentang para audiens Anda akan menentukan penekanan dalam suara Anda, dan kata-kata yang paling bisa meyakinkan mereka. Pikiran-pikiran bodoh akan menyarankan kita untuk menggunakan paksaan agar gagasan tersampaikan, dan Anda akan menekankannya dengan kata-kata yang memaksa,volume suara yang lebih besar, dan gerak-gerak tubuh yang empatik.
Pikiran yang pandai dan berpengalaman, di sisi lain, akan menghargai wit kelembutan, dan Anda akan secara otomatis menggunakan daya tarik, humor, dan tindakan persuasive dengan nada-nada suaranya, kata-kata dan gerak tubuh yang sesuai.
Sebab kedua dari ketiadaannya control pikiran, yaitu saat gagasan-gagasan kreatif member impulsnya, tetapi impuls tersebut gagal untuk mencapai dan mewarnai suara, biasanya sering diketemui dalam pidato-pidato yang dihafalkan.
Ringkasnya, suara yang datar merupakan hasil ketiadaan kendali langsung oleh persaan dan sering diketemukan dalam pidato hafalan, dibaca atau pidato yang bukan hasil karya sendiri. Jika pidato semacam itu memang perlu dilakukan, seni penyampaiannya pidato harus dipelajari dengan cermat dan diterapkan dengan sadar. Kesalahan nada yang muncul dari kurangnya koordinasi antara otak dan suara adalah suara lamban dan tersendat-sendat.

2)      Penggunaan Suara Secara Tepat
Seorang pembicara harus ingat bahwa suara mengikuti mata, oleh karena itu tatapkan mata Anda pada suatu titik kira-kira 18-24 inchi di atas kepala audiens yang berada di deretan belakang untuk mendapatkan proyeksi suara awal Anda.
Sebuah awal yang terkendali dan bermartabat akan menimbulkan kepercayaan diri awal, oleh karena itu putuskan suatu posisi yang dan terproseslah secara alami.
Suara yang tanpa jeda yang member suatu perasaan tak nyaman bagi sang pembicara, melemahkan kepercayaan diri terhadap audiens, bisa diperiksa secara mudah.

Artikulasi yang buruk merupakan kesalahan yang sering terjadi dengan pembicara-pembicara yang malas menggunakan bibir, lidah atau gigi mereka secara benar; sering lupa membuka bibir, gigi mereka sehingga kata-kata tidak terucap sempurna. Suara yang tidak bisa didengarkan (inaudibility) sering terjadi karena pemotongan kata-kata.
Bereksperimenlah dengan suara Anda, pelajarilah kekuatan dan bagaimana mengendalikannya. Saat Anda telah puas bahwa mekanisme untuk memproduksi suara yang memuaskan telah bekerja dengan lancar, lupakanlah, dan bergantunglah pada pikiran kreatif Anda untuk menggunakan suara ini mencapai manfaat yang maksimal. Perbaikilah kesalahan-kesalahan dangkal saat Anda telah menemukannya, tetapi mintalah bantuan ahli saat Anda masih ragu dan jika memang ada problem yang mendalam.

3)      Sikap dan Mannerisme
Cara yang benar untuk berdiri haruslah muncul dari cara bernapas secara benar, tetapi kesehatan fisik memengaruhi sikap alamiah Anda, dan merokok berlebih, makan atau minum berlebihan, kelelahan, bersandar pada punggung kursi, atau ujung-ujung, melemahkan konsentrasi mental, dengan konsekuensi memburuknya kualitas suara Anda.
Mannerisme apapun adalah buruk, karena pikiran Anda harus melakukan tugas berkonsentrasi pada gagasan-gagasan dan akan mudah menjadi budak dari beberapa kebiasaan menjengkelkan, seperti mondar-mandir di panggung pidato, bermain-main pensil atau berdiri satu kaki.

0 komentar:

Posting Komentar